Senin, 04 Juli 2011

DISIKSA, DIANIAYA DAN TERANCAM PANCUNG, OLEH TUDUHAN YANG TIDAK JELAS


Setahun lalu, sebuah surat yang dikirimkan Sumartini dari selnya di Penjara Malaaz, Riyadh, Arab Saudi membuat keluarga meradang.

Surat itu berisi curahan hati Sumartini. Diceritakannya, ia dituduh menyebabkan anak majikannya, Tisam, yang kala itu berusia 17 tahun, meninggalkan rumah tanpa pamit. Majikannya yang berang menudingnya melakukan guna-guna, sihir.

"Dia disiksa, diancam dibunuh, ditanam di padang pasir," kata kerabat Sumartini, Fataruddin Usman,  Jumat 1 Juli 2011. "Keluarga sangat terkejut, sangat tidak terima, kami marah mendengar itu," tambah dia.

Itu surat terakhir Sumartini yang diterima keluarga. Yang ia titipkan pada rekannya yang pulang ke Indonesia. "Setelah itu kami hubungi lewat telepon tak bisa, tak ada HP dipakai di dalam penjara."

Sumartini divonis qishas pada bulan April 2010. Pada 1 Mei 2010, banding yang diajukan pihak KBRI di Arab Saudi ditolak. Tak menyerah, perwakilan Indonesia mengupayakan maaf dari Kerajaan Arab Saudi, namun belum ada jawaban.

Kasus kecolongan eksekusi mati Ruyati binti Satubi di tangan algojo Arab Saudi membuat keluarga makin ketar-ketir. Mendengar isu Sumartini akan dieksekusi 3 Juli mendatang, Rabu kemarin, puluhan keluarganya, diangkut dengan dua truk bergerak, mendatangi DPRD Sumbawa, meminta dukungan.

Perwakilan keluarga juga datang ke Jakarta, bertemu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar. "Kami berharap bisa bertemu dengan Presiden SBY, minta agar Sumartini dibebaskan," kata Fataruddin.

Sementara, dari kerabat yang lain, Chaeruddin, VIVAnews mendapatkan salinan dua surat yang dikirim Sumartini dari dalam penjara.

Bersama surat tak bertanggal yang pertama, ia mengirim sejumlah uang agar ibunya bisa membeli baju untuk kedua anaknya, juga sirih untuk sang ibu. Ia juga mengirim satu pak sabun mandi.

Sementara, dengan surat ke dua, Sumartini mengirimkan sejumlah pakaian dan uang ke rumah. "Ada tas cokelat, kalau nggak diambil polisi, itu buat ibu. Hasil tangan ananda sendiri," kata Sumartini.

Ia minta doa. "Ananda tak tahu apa yang harus disampaikan, hanya doa yang ananda harapkan. Ananda ingin sekali pulang merawat ibu dan anak-anak tercinta," kata Sumartini.

"Usahakan sebisa mungkin agar ananda bisa kembali berkumpul bersama keluarga. Ibunda!!"

Jumat, 01 Juli 2011

israel BIADAB video

Amerika, Sopir TAXI ditikam penumpangnya, hanya gara-gara ia Seorang Muslim

Saya tinggal di Harlem di sebuah jalan di mana tiga gereja dan sebuah masjid berada. Masjid ini bersebelahan dengan salah satu gereja. Ketika para jamaah lelaki berbaur di trotoar, siapa yang baru dari gereja dan siapa yang baru dari masjid, tidak bisa dibedakan. Hanya kerudung yang dikenakan sebagian para perempuan yang bisa membuat Anda tahu siapa yang baru saja dari masjid atau gereja.
Muslim Amerika tidak ditemukan pada 11 September 2001. Sejarah mereka di New York, dan juga di seluruh Amerika, jauh mendahului peristiwa itu. Beberapa kedatangan Muslim di Amerika yang paling awal bersamaan dengan datangnya kapal-kapal budak yang melintasi Atlantik.
Namun, “kanker” kebencian anti-Muslim yang menjangkiti seantero Amerika Serikat dewasa ini sangatlah ganas sampai-sampai membuat identitas “Amerika” dan “Muslim” saling bertentangan.
Hanya dalam sepekan, seorang pengemudi taksi ditikam di New York oleh seorang penumpang yang bertanya apakah ia Muslim; seorang yang mabuk memaksa masuk ke sebuah masjid di New York dan mengencingi karpetnya; sebuah batu bata dilemparkan ke sebuah pusat kegiatan Islam di Madera, California; dan kebakaran di suatu bangunan masjid di Tennessee sedang diinvestigasi oleh FBI.
“Apa yang akan terjadi pada saya, ibu, saudari ipar, dan semua perempuan di Amerika yang mengenakan jilbab dan tak perlu ditanya lagi apakah mereka benar Muslim?” tanya saudari saya, Nora, seorang mahasiswa pascasarjana.
Ini tidak hanya soal Park51, sebuah pusat kegiatan Islam dan masjid di pinggiran Manhattan, yang berjarak dua blok dari Ground Zero. Setidaknya ada empat rencana pembangunan masjid yang lain di Amerika, yang bermil-mil jauhnya dari “tanah keramat” itu, tengah menghadapi penentangan anti-Muslim.
Sebagian orang mencoba menyalahkan Imam Feisal Abdul Rauf, pemimpin Park51, lantaran memancing perasaan yang masih terluka akibat 11 September. Tapi menggambarkannya sebagai imam masjid yang mengail di air keruh cuma akan memperlihatkan amnesia tak termaafkan dimana sebutan “Muslim” dibuat sebagai suatu hinaan di negara ini.
Meski Presiden George W. Bush muncul di sebuah masjid setelah peristiwa 11 September untuk menunjukkan bahwa ia tidak menganggap semua Muslim bertanggung jawab, toh pemerintahannya terus saja menunjukkan yang sebaliknya: pengadilan militer untuk orang-orang sipil, penjara-penjara rahasia, penahanan ratusan Muslim tanpa dakwan, penyiksaan dan interogasi kasar para tahanan, serta invasi atas dua negara mayoritas Muslim.
Ketika kalangan Partai Republik “menuding” Presiden Barack Obama sebagai Muslim dalam kampanye presiden 2008, kalangan Partai Demokrat juga tidak sekali pun mengatakan, “Terus kenapa?”
Seseorang yang pernah menjadi penasihat strategi Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, menyarankannya agar mengekspos kelemahan Obama pada 2007 ketika berkampanye untuk pemilihan kandidat presiden – dengan menggambarkan Obama terlalu asing dan eksotik untuk memimpin Amerika dalam situasi perang. Ia tidak menghiraukan nasihat itu tapi tetap saja dalam kampanyenya menyebarkan foto-foto Obama yang mengenakan busana tradisional Somalia.
Kejadian-kejadian itu, juga yang lainnya, adalah langkah-langkah meniti tangga sikap fanatik yang sekarang dilakukan melalui pesona para tokoh politik. Ketika mantan kandidat wakil presiden sekaligus mantan gubernur (Sarah Palin), mantan ketua parlemen (Newt Gingrich), dan sejumlah anggota parlemen menjajakan gambaran Muslim yang paling seram, tidak sulit untuk mengerti kenapa muncul kekerasan yang semakin kencang belakangan ini.
Saya tidak lupa aksi-aksi kekerasan atau upaya terorisme oleh orang-orang Muslim Amerika tahun lalu. Komunitas Muslim Amerika tidak mendiamkan ini. Mereka mengeluarkan sejumlah kecaman tapi juga menolak dianggap bersalah hanya karena seagama.
Dan kami menolak untuk cari aman. Kami tidak akan membiarkan orang-orang fanatik merusak tatanan Amerika. Orang-orang Muslim yang berbaur di luar masjid di tempat saya adalah miniatur Amerika. Kami memilih dalam pemilu – dan suara kami berarti, khususnya di negara-negara-bagian yang sulit diprediksi siapa pemenangnya. Pengemudi taksi yang ditikam di New York adalah satu dari ribuan Muslim yang merupakan 50 persen sopir taksi di New York City.
Orang-orang Muslim menjadi guru, komedian dan bahkan ratu kecantikan Amerika sekarang, Rima Fakih.
Dan kami adalah juga para dokter Amerika. Saya dan ipar saya, yang seorang dokter melahirkan/ginekolog, tengah menyaksikan salah satu sinetron bertema kedokteran ketika ia menceritakan kepada saya sebuah kisah yang dengan apik merangkum semua fakta di atas: “Belum lama ini saya mengurus persalinan dengan disaksikan oleh ayah dari sang bayi lewat kamera Skype. Dia seorang prajurit di Afghanistan. Saya pun berpikir, nah inilah saya: seorang dokter Muslimah berjilbab yang mengurus kelahiran seorang bayi yang ayahnya seorang tentara Amerika di Afghanistan, sebuah negara Muslim.”

Mona Eltahawy adalah seorang komentator dan jurnalis terkemuka yang tinggal di New York, sekaligus seorang dosen internasional tentang isu-isu Arab dan Muslim. Artikel ini dimuat berdasarkan izin Common Ground News.

KOTA MISTERIUS TIBA2 NAMPAK DI ATAS SUNGAI XIN'AN, CHINA

Pemandangan menakjubkan muncul di kaki langit China pada senja di awal bulan Juni ini. Sebuah kota yang dipenuhi oleh gedung pencakar langit, gunung-gunung, dan pepohonan, tiba-tiba tampak di atas Sungai Xin’an. Penampakan itu mengundang tanda tanya besar bagi penduduk setempat karena sehari-hari, kota itu tidak ada di tempatnya terlihat saat itu.

Sejumlah ahli berpendapat, kota itu tidaklah nyata. Kota itu dinilai merupakan fatamorgana raksasa yang muncul di tengah Sungai Xin’an di China Timur. Sejumlah faktor mendukung pendapat ini, di antaranya, sebelum kota misterius itu mendadak muncul dari ketiadaan, Sungai Xin’an diguyur hujan lebat. Kondisi lembab yang melingkupi sungai itu, juga dianggap dapat memunculkan fatamorgana.

Fatamorgana bisa muncul ketika ketika kelembaban udara lebih hangat daripada suhu air di bawahnya. Namun banyak juga teori dan spekulasi lain. Penduduk setempat di Kota Huanshan bergosip, kota misterius itu bisa jadi merupakan pusat peradaban yang hilang.

“Sungguh menakjubkan. Itu seperti pemandangan di dalam film atau negeri dongeng,” kata seorang warga lokal seperti dikutip Fox News. Kota misterius itu semakin membuat banyak orang penasaran, karena menghilang secepat kemunculannya.

Ingin lihat seperti apa kota misterius di atas Sungai Xin’an itu? Klik Video di bawah ini :